![]() |
Pasien Batuk Rejan |
Apa itu Batuk Rejan (Pertusis)?
Pertusis, whooping caugh, atau
batuk rejan adalah penyakit pada saluran pernapasan dan paru-paru yang
disebabkan oleh infeksi bakteri. Penyakit ini sangat mudah menular dan bisa
mengancam nyawa. Khususnya bila terjadi pada bayi dan anak-anak.
Batuk rejan bisa dikenali dengan
rentetan batuk keras yang terjadi secara terus-menerus. Biasanya, batuk ini
sering diawali dengan bunyi tarikan napas panjang melengking khas yang
terdengar mirip “whoop”. Penyakit ini dapat meneyebabkan penderita sulit
napas.
Batuk rejan adalah penyakit yang berbeda dengan tuberkulosis (TBC). Selain disebabkan oleh jenis bakteri yang berbeda, tuberkulosis biasanya akan menyebabkan batuk yang lebih dari dua minggu, keringat di malam hari, penurunan berat badan yang signifikan, dan bisa disertai dengan batuk darah. Sementara, batuk rejan tidak demikian.
Apa Penyebab Batuk Rejan?
Bakteri Bordetella
pertussis yang menyebar melalui udara merupakan salah satu penyebab batuk rejan.
Bakteri ini masuk dan kemudian menyerang saluran napas, seperti hidung, mulut,
dan tenggorokan yang kemudian melepaskan racun. Penyebaran penyakit ini akan
berlangsung 3 minggu setelah batuk dimulai. Biasanya, bakteri menular melalui
percikan air liur (droplet) batuk dari pasien yang terkena penyakit ini
dan kemudian terhirup oleh orang sehat yang tidak mempunyai kekebalan tubuh.
Racun yang dilepaskan oleh bakteri
tersebut akan menyebabkan pembengkakan saluran pernapasan. Saluran napas yang
membengkak dapat membuat penderita harus menarik napas dengan kuat melalui
mulut karena sulitnya bernapas. Bakteri yang memasuki lapisan saluran udara
akan berkembang dan menghasilkan lendir. Ketika lendir menumpuk, tubuh berusaha
mengeluarkannya melalui batuk yang terus-menerus.
Apa Gejala Batuk Rejan?
Gejala batuk rejan dapat muncul antara 7
hingga 21 hari setelah bakteri Bordetella pertussis masuk ke dalam
saluran pernapasan. Gejala batuk rejan ini secara umum dapat dibagi menjadi
tiga tahapan, yaitu:
- Tahap Awal (Fase Kataralis): Pada tahap ini, gejala yang muncul masih termasuk ringan, seperti bersin-bersin, hidung berair dan tersumbat, mata berair, radang tenggorokan, batuk ringan, hingga demam. Tahap ini bisa berlangsung hingga 2 minggu, dan di tahap inilah, pengidap batuk rejan berisiko menularkan virusnya ke orang-orang di sekelilingnya.
- Tahap Lanjut (Fase Paroksimal): Tahap ini ditandai dengan meredanya semua gejala flu, tetapi batuk justru bertambah parah dan tidak terkontrol. Di tahap ini, terjadi batuk keras terus menerus yang diawali tarikan napas panjang lewat mulut. Setelah serangan batuk, bayi dan anak-anak yang mengalami batuk rejan dapat mengalami muntah serta tubuh mengalami kelelahan. Tahap ini bisa berlangsung sekitar 2 hingga 4 minggu atau lebih.
- Tahap Pemulihan (Fase Konvalesen): Pada tahap ini, tubuh penderita boleh jadi mulai membaik. Namun, gejala batuk rejan tetap ada, bahkan bisa jadi batuk menjadi lebih keras daripada biasanya. Tahap pemulihan ini bisa bertahan hingga 2 bulan atau lebih, tergantung dari pengobatan.
Apa Faktor Risiko Batuk Rejan?
- Berusia di bawah 1 tahun atau di atas 65 tahun
- Belum menjalani vaksinasi pertusis (DPT)
- Memiliki riwayat asma
- Tinggal atau mengunjungi daerah dengan wabah pertusis
- Obesitas
- Sedang hamil
- Melakukan kontak dengan penderita pertusis
Apa Komplikasi Batuk Rejan?
Batuk rejan tidak hanya mengganggu sistem pernapasan pada penderitanya, tetapi juga dapat menimbulkan komplikasi, diantaranya:
- Kejang: Batuk rejan dapat mengganggu jalan napas sehingga otak kekurangan oksigen dan berakhir dengan kejang.
- Pneumonia pada paru: Mengingat batuk rejan adalah penyakit pada saluran napas, maka 10% penderitanya mengalami pneumonia. Untuk memastikan hal ini, diagnosis dapat dilakukan dengan pemeriksaan rontgen toraks guna melihat kondisi paru-paru.
- Tekanan intratekal pada tubuh: Tekanan yang meningkat saat batuk rejan akan meningkatkan tekanan di dalam rongga perut sehingga beberapa organ dapat keluar dari kantong pembungkusnya, seperti hernia.
- Patah tulang rusuk: Batuk yang terus-menerus bisa menyebabkan cedera fisik, termasuk patah tulang rusuk pada orang dewasa.
Bagaimana Mengobati Batuk Rejan?
Penting diketahui, ada perbedaan penanganan terhadap pasien bayi dan anak-anak dengan pasien usia remaja dan dewasa. Bayi dan anak yang mengalami batuk rejan biasanya akan di tempatkan di ruang isolasi untuk menghindari penyebaran infeksi. Sementara, pada pengidap remaja dan dewasa, batuk rejan biasanya dapat ditangani di rumah dengan mengonsumsi antibiotik yang diberikan dokter.
Pengobatan utama yang diberikan pada penderita batuk rejan (bayi dan anak-anak) ialah antibiotik untuk melawan bakteri penyebab infeksi. Pemberian obat akan dilakukan dokter untuk mengatasi peradangan pada saluran napas. Obat tersebut dapat diberikan melalui infus atau langsung. Sungkup oksigen juga dapat diberikan untuk membantu pernapasan.
Bayi dan anak-anak dengan batuk rejan yang cukup parah biasanya berisiko mengalami kerusakan paru-paru. Oleh karena itu, penanganan klinis di rumah sakit akan berkonsentrasi pada pemakaian alat bantu pernapasan (ventilasi) dan pemberian obat-obatan untuk mengendalikan tekanan darah mereka dengan obat-obatan.
Sementara itu, beberapa langkah perawatan yang bisa dilakukan secara mandiri di rumah untuk membantu memaksimalkan pengobatan batuk rejan adalah:
- Mencukupi kebutuhan cairan tubuh untuk mencegah dehidrasi.
- Istirahat yang cukup.
- Menyesuaikan porsi makan, seperti makan dengan porsi lebih kecil namun sering.
- Cuci tangan secara rutin.
- Menutup mulut dan hidung atau menggunakan masker saat batuk atau bersin.
- Menggunakan humidifier agar kebersihan udara tetap terjaga.
Bagaimana Mencegah Batuk Rejan?
Penting Anda ketahui, cara terbaik
untuk mencegah batuk rejan ialah dengan mendapatkan vaksinasi pertusis.
Biasanya, vaksin ini diberikan bersamaan dengan vaksin difteri, tetanus, polio
(vaksin DPT) dan Hib.
Selain pada ibu hamil dan bayi, vaksinasi pertusis tambahan (booster) harusnya diberikan karena fungsi perlindungannya cenderung melemah. Vaksinasi tambahan ini bisa diberikan ketika kekebalan vaksin pertusis melemah, mulai saat seseorang berusia 11 tahun. Maka, usia tersebut menjadi waktu yang tepat untuk mendapatkan booster vaksinasi pertusis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar